Penulis, Akhmad Muhaimin Azzet, ketika mengisi pengajian di Bank BPD DIY. |
Nabi Muhammad Saw. memang pernah menyampaikan banyak kelebihan orang miskin dibanding dengan orang yang kaya. Akan tetapi, orang miskin yang mempunyai kelebihan dibandingkan orang kaya adalah orang miskin yang mempunyai kesabaran dan tetap beribadah kepada Allah Swt. Bukan orang miskin yang selalu gelisah, tidak tenang hidupnya, lebih menyesali kemiskinannya ketimbang sibuk beribadah, bahkan bukan orang miskin yang justru ingkar kepada Allah Swt.
Sungguh, kita berlindung kepada Allah Swt. dari kemiskinan yang justru menjauh dari Allah Yang Mahakaya. Betapa ruginya orang yang miskin di dunia dan di akhirat pun mendapatkan siksa. Na’udzu billâhi min dzâlik.
Rasulullah Saw. bersabda:
“Kesengsaraan yang paling sengsara ialah miskin di dunia dan disiksa di akhirat.” (HR. Thabrani).
Apabila menjadi miskin, namun tidak mempunyai ketenangan dan rasa syukur, maka alangkah lebih baik bila menjadi kaya namun mempunyai ketenangan dan mudah mewujudkan rasa syukur kepada Allah Swt.
Dalam hal kekayaan, Rasulullah Saw. juga pernah bersabda, sebagai berikut:
“Harta kekayaan adalah sebaik-baik penolong bagi pemeliharaan ketakwaan kepada Allah.” (HR Dailami).
Ketakwaan adalah sebaik-baik bekal untuk kehidupan yang abadi di akhirat kelak. Ternyata, menurut Rasulullah Saw. sebagaimana tersebut, ketakwaan seseorang dapat dipelihara dengan harta kekayaan. Bahkan, harta kekayaan merupakan sebaik-baik penolong atau sarana yang paling baik dalam memelihara ketakwaan kepada Allah Swt.
Kekayaan yang dipakai untuk memelihara ketakwaan kepada Allah Swt., inilah akhlak seorang muslim yang dicintai oleh Allah Swt. Berkaitan dengan hal ini, ada sebuah hadis, yakni dari Sa’ad bin Abu Waqqash menyampaikan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, yang kaya, dan tidak menonjolkan diri.” (HR Muslim)
Alangkah senangnya menjadi manusia yang mempunyai kekayaan dan dicintai oleh Allah Swt. Orang yang demikian, sudah barang tentu, bukan orang yang kaya, tetapi kufur nikmat dan takabur; namun orang kaya yang mewujudkan rasa syukurnya dengan berbagi kepada sesama dan kian mendekat kepada-Nya. Untuk memperoleh derajat menjadi kaya dan bisa bertakwa, tentu dibutuhkan ilmu pengetahuan. Inilah kenapa kita sangat perlu untuk terus-menerus belajar.
Semoga kita digolongkan oleh Allah Swt. ke dalam golongan orang-orang yang mulia akibat kekayaan dan ilmu pengetahuan. Aamiin…
Salam dari Jogja,
Akhmad Muhaimin Azzet
Kaya, bertakwa dan disukai Allah, sangat beruntung bila mendapatkannya dan saya mau yang seperti itu.
BalasHapus